Lingkungan Fisik Rumah Penderita Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) di Kota Tasikmalaya
DOI:
https://doi.org/10.33006/jikes.v6i2.562Abstract
Abstrak
Kejadian ISPA banyak ditemukan di pelayanan kesehatan Tamansari Kota Tasikmalaya. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran lingkungan fisik rumah pada penderita ISPA di Puskesmas Tamansari Kota Tasikmalaya. Metode penelitian menggunakan metode deskriptif. Populasi penelitian adalah penderita ISPA sebanyak 185 penderita dan sampel penelitian 65 orang penderita ISPA. Pengambilan sampel menggunakan simple random sampling. Instrumen pada penelitian ini menggunakan daftar isian Keputusan Menteri Kesehatan RI No.829/Menkes/SK/ VII/1999 tentang persyaratan kesehatan perumahan. Analisis univariat digunakan dalam penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas lingkungan fisik penderita ISPA tidak sesuai yaitu luas ventilasi sebanyak 36 rumah (55,4%), kelembaban rumah 65 rumah (100%), jenis lantai tidak kedap air 61 rumah (93,8%), jenis dinding tidak kedap air 56 rumah (86,2%), pencahayaan ruang utama 61 rumah (93,8%), pencahayaan ruang tidur 64 rumah (98,5%). Untuk kepadatan penghuni 64 rumah (98,5%), suhu ruang utama 46 rumah (70,8%) dan ruang tidur 50 rumah (76,9%) sudah sesuai Kepmenkes. Disimpulkan bahwa masih banyak rumah tidak sehat pada penderita ISPA seperti luas ventilasi, suhu, kelembaban, dan pencahayaan sehingga kondisi tersebut dapat menambah risiko terjadinya komplikasi. Diharapkan masyarakat dapat meminimalkan faktor yang mempengaruhi ISPA dengan cara memperhatikan lingkungan sekitar tetap sehat.
Kata kunci: luas ventilasi, kelembaban, pencahayaan
Abstract
Tamansari health services frequently see ISPA cases. The goal of this study was to describe the physical environment of the home in ARI patients at Tamansari Public Health Center in Tasikmalaya. The descriptive method was used in the study. The study sample consisted of 65 patients chosen at random. The instrument in this study adopted of the Minister of Health, Indonesia No.829/Menkes/SK/VII/1999 concerning housing health requirements. Univariate analysis used in the study. The results showed that the majority of the physical environment of ARI sufferers was not suitable, such as ventilation (55.4%), humidity (100%), types of floors (93.8%), types of walls (86.2%), main room lighting (93.8%), bedroom lighting (98.5%). Whereas the occupant density (98.5%), the temperature of the main room (70.8%) and the bedrooms (76.9%) are in accordance with the Minister of Health. It is concluded that patients with ISPA have many unsanitary houses, such as ventilation area, temperature, humidity, and lighting, and that these conditions can increase the risk of complications. It is hoped that by focusing on the surrounding environment, the community will be able to reduce the factors that affect ISPA and keep it healthy.
Keywords: ventilation area, humidity, lighting
References
Dinas Kesehatan. (2014). Prevalensi Angka ISPA Kota Tasikmalaya Tahun 2014 Berdasarkan Laporan Puskesmas di Kota Tasikmalaya.
Falah, M., Tai, C.-Y., Lu, Y.-Y., Liu, C.-Y., & Lismayanti, L. (2019). Tuberculosis Knowledge among University Students in Indonesia. South East Asia Nursing Research, 1(2), 95. https://doi.org/ 10.26714/seanr.1.2.2019.95-105
Fatmawati, T. Y. (2018). Analisis Karakteristik Ibu, Pengetahuan dan Kebiasaan Merokok dengan Kejadian ISPA pada Balita di Kelurahan Kenali Asam Bawah. Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi, 18(3), 497-502.
Iga Maliga. (2020). Jurnal abdidas. Jurnal Abdidas, 1(3), 131–136.
Juniartha, S. K., Hadi, H. C., & Notes, N. (2014). Hubungan antara luas dan posisi ventilasi rumah dengan kejadian ISPA penghuni rumah di wilayah Puskesmas Bangli Utara tahun 2012. Jurnal Kesehatan Lingkungan, 4(2), 169-74.
Kasjono, Heru S. 2011. Penyehatan Pemukiman. Yogyakarta: Gosyen Publishing
Kemenkes. (2011). Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1077/MENKES/ PER/VII/2011. Tentang Pedoman Penyehatan Udara Dalam Rumah.
Khairani, N., Effendi, S. U., & Izhar, I. (2020). Hubungan Kepadatan Hunian dan Ventilasi Rumah dengan Kejadian TB Paru pada Pasien Dewasa yang Berkunjung ke Puskesmas Karang Jaya Kabupaten Musi Rawas Utara. CHMK Health Journal, 4(2), 140-148.
Lestari Muslimah, D. D. (2019). Physical Environmental Factors and Its Association with the Existence of Mycobacterium Tuberculosis: A Study in The Working Region of Perak Timur Public Health Center. Jurnal Kesehatan Lingkungan, 11(1), 26. https://doi.org/10.20473/jkl.v11i1.2019.26-34
Meliyanti, F., Heryanto, E., & Lilia, D. (2016). Hubungan Kondisi Fisik Rumah Terhadap Kejadian Pneumonia Pada Anak Balita Di Desa Uludanau Ogan Komering Ulu Selatan. Jurnal Dunia Kesmas, 5(1), 40–44. https://doi.org/10.33024/jdk.v5i1.455
Putra, Y., & Wulandari, S. S. (2019). Faktor Penyebab Kejadian Ispa. Jurnal Kesehatan, 10(1), 37. https://doi.org/10.35730/jk.v10i1.378
Sumertha Gapar, I. G., Adiputra, N., & Pujaastawa, I. B. G. (2015). Hubungan Kualitas Sanitasi Rumah Dengan Kejadian Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (Ispa) Di Wilayah Kerja Puskesmas Iv Denpasar Selatan Kota Denpasar. ECOTROPHIC : Jurnal Ilmu Lingkungan (Journal of Environmental Science), 9(2), 41. https://doi.org/10.24843/ejes.2015.v09.i02.p07
Surahman, & Supardi, S. (2016). Ilmu Kesehatan Masyarakat PKM. kementrian kesehatan republik indonesia.
Syam, D. M., & Ronny, R. (2016). Suhu, Kelembaban Dan Pencahayaan Sebagai Faktor Risiko Kejadian Penyakit ISPA Pada Balita di Kecamatan Balaesang Kabupaten Donggala. HIGIENE: Jurnal Kesehatan Lingkungan, 2(3), 133–139.
Wattimena, V. I. I., Kailola, N. E., & Mainase, J. (2021). Hubungan Faktor – Faktor Risiko Dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut Pada Balita Di Desa Banda Baru Kecamatan Amahai Kabupaten Maluku Tengah Tahun 2020. PAMERI: Pattimura Medical Review, 3(1), 9–32. https://ojs3.unpatti.ac.id/index.php/pameri/article/view/3733
WHO. (2012). Noncomunicable disease problem.Geneva. WHO
Downloads
Published
Issue
Section
Citation Check
License
Copyright (c) 2023 Miftahul Falah, Lilis Lismayanti, Nina Pamela Sari, Hani Handayani, Nur Fadhilah

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
Authors retain copyright and grant the journal right of first publication with the work simultaneously licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License that allows others to share the work with an acknowledgment of the work's authorship and initial publication in this journal.